Nasi Kuning, Menu Andalan di Hari Ulang Tahun



Peran sebagai istri dan ibu dalam keluarga tidak bisa dipisahkan dari yang namanya urusan dapur. Meskipun sebelum menikah saya tahu soal ini, saya tidak serta merta memiliki hasrat untuk memasak setelah menikah. Selama hampir tiga tahun pertama pernikahan, saya hampir sepenuhnya mengandalkan dapur orang lain demi bisa menghidangkan masakan di atas meja. Sepertinya waktu yang saya habiskan di dapur hanya untuk menyiapkan MPASI Milie.


Segalanya berubah saat negara api menyerang kami merantau ke Belanda akhir tahun 2017 lalu. Saya baru mulai serius belajar memasak karena terpaksa. Makanan halal hanya segelintir dan rasanya kurang bervariasi, apalagi untuk lidah orang Indonesia yang akrab dengan beragam jenis bumbu. Selain itu tentu dompet kami akan cepat bolong jika sering membeli makan di luar. Harga satu porsi makanan ala restoran bisa mencukupi satu kali makan kami sekeluarga. Yang paling penting tentu saja dengan memasak sendiri, kita bisa mengatur kecukupan gizi keluarga.


Sayangnya seserius-seriusnya saya belajar, saya kurang menikmati kegiatan memasak. Cooking is not my thing. Bagi saya memasak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi dan mengenyangkan perut. Walaupun tidak sempurna, selama masih layak untuk dimakan, saya tidak sampai penasaran untuk mengulanginya lagi dan lagi hingga mendapatkan hasil yang memuaskan. Untungnya suami saya rela memakan apa pun yang istrinya masak, bahkan saat menurut saya kurang asin, kurang manis, bahkan kurang bumbu. Dia tetap menyantapnya tanpa mengkritik. Terima kasih, Papa Luro! 




Sungguh banyak momen saya sangat merindukan layanan pesan antar dari restoran atau jasa GoFood/GrabFood. Di kala lain saya membayangkan betapa mudahnya dulu mendapatkan sebungkus sate ayam lengkap dengan lontong dan acarnya atau semangkuk mi bakso dari penjual di depan kompleks, tanpa harus berlelah-lelah meramunya dari nol. Ah, memang kita sering begitu ya, suka menyia-nyiakan yang ada di depan mata.


Karena itulah, saya termasuk anggota klub antirepot. Kalau ada yang mudah, kenapa pilih yang sulit? Kalau ada yang praktis, mengapa pilih yang rumit? Prinsip ini saya pegang saat mencari resep yang paling cocok untuk saya duplikasi di dapur. Di antara banyak resep di situs web, Instagram, ataupun di aplikasi Cookpad, biasanya saya memilih yang paling sedikit bahannya, paling mudah prosesnya, dan paling sedikit menerbitkan cucian alat masak kotor setelahnya (ini super penting!). Saya juga menghindari makanan-makanan yang harus melewati banyak langkah untuk membuatnya, misalnya perkedel, risoles, pastel. Membuatnya lama, menghabiskannya hanya sekedipan mata. Big no, no untuk saya. 


Bisa ditebak, menu di rumah kami berkisar yang itu-itu saja. Sayur sop, semur hati ayam, dan telur dadar (dengan berbagai bahan yang bisa dimasukkan ke dalamnya) adalah contohnya. Kalau mood sedang bagus, saya memasak yang sedikit mewah seperti soto Betawi, sup buntut, atau bakso. Namun, itu bisa dihitung dengan jari dalam sebulan. Dengan upaya memvariasikan sumber karbohidrat, makan malam tipe one-pot-meal berupa pasta, kentang panggang, maupun mi goreng/rebus bukan hal yang asing lagi. Kami bahkan memiliki ritual "Pasta Dag" dua kali dalam sepekan demi memenuhi hasrat anak-anak pencinta pasta. 




Hari istimewa keluarga kami

Meski demikian, untuk hari-hari istimewa hambar rasanya kalau tidak ada hidangan spesial yang tersaji di atas meja. Yah, sebenarnya momen tersebut di keluarga kami cuma ada dua macam, sih: hari raya dan hari ulang tahun. Totalnya ada dua plus lima, jadi tujuh kali dalam setahun saya memasak hidangan khusus. Sebelum pandemi, hari ulang tahun pernikahan tidak termasuk. Kami memilih untuk makan di restoran agar suasananya berbeda. Apa daya, tahun ini restoran-restoran tutup untuk layanan makan di tempat. Alhasil frekuensi memasak saya (terpaksa) bertambah satu, deh. 


Nah, sejujurnya perihal masak-memasak di hari istimewa ini baru ada setelah kami pindah ke Belanda. Dulu, setiap lebaran dan Iduladha, saya tidak dipusingkan oleh urusan dapur karena setelah salat, saya pasti langsung berkunjung dari ke rumah saudara yang satu ke rumah saudara yang lain. Pasti di setiap rumah kami akan makan. Siapa yang begini jugaaa...? Isi perut insyaallah terjamin kenyang saat kami kembali lagi ke rumah.


Begitu juga saat ulang tahun. Waktu Milie berulang tahun yang pertama, kami tinggal memesan kue dan nasi tumpeng. Di Indonesia urusan seperti ini sangatlah mudah. Kami yang dewasa juga tidak menganggap istimewa hari ulang tahun sampai perlu ada hidangan khusus untuk memperingatinya. 


Di Belanda keluarga kami membesar, dari bertiga jadi berempat, lalu sekarang berlima. Saya merasa perlu membuat sesuatu yang berbeda setiap hari istimewa tiba. Semata-mata agar anak-anak memiliki kenangan manis tentang keluarganya. Terutama untuk hari ulang tahun, saya ingin mereka merasa bahwa keberadaan mereka sebagai anggota keluarga adalah sesuatu yang berharga, bahwa setiap mereka adalah istimewa, bahwa mereka dicintai oleh orangtua dan kakak/adiknya. 




Nasi kuning andalan di hari ulang tahun

Soal menu, saya termasuk aliran klasik. Untuk beberapa kali hari raya yang sudah lewat saya memasak opor ayam dan sambal goreng hati. Di Idulfitri kemarin saya mengganti sambal goreng hati dengan rendang dan tumis sayuran. Karena ingin yang berbeda, di Iduladha tahun lalu saya membuat ketupat sayur. Meski rasa masakannya bisa dipertanggungjawabkan, saya merasa belum bisa mengeklaim resep-resep yang saya praktikkan itu sebagai resep andalan. Alasannya ya, karena kurang sering diuji coba. 


Maka dari itu, untuk menjawab tantangan komunitas Mamah Gajah Ngeblog bulan ini, yakni Resep Masakan Andalan, saya memilih untuk menampilkan menu yang selalu hadir di setiap hari ulang tahun anggota keluarga kami. Apakah itu? Jawabannya adalah nasi kuning! 


Di Indonesia ulang tahun kerap diidentikkan dengan nasi tumpeng yang umumnya menggunakan nasi kuning. Ternyata filosofi nasi tumpeng dalam juga, ya. Saya--yang tidak mau repot ini--memilih untuk memasak nasi kuningnya saja. Yang penting anak-anak suka. Bahkan kami menyendoknya langsung dari rice cooker supaya irit cucian, haha ….


Cantik, ya? Sayang sekali ini bukan buatan saya 😁
(Foto dari halaman Facebook nasitumpenghistoryphiloshopyhistory)


Waktu pertama kali pindah ke Belanda, bumbu nasi kuning instan merek B****e termasuk di antara yang saya bawa. Saya kira memasak nasi kuning itu repot. Maklum, dulu di dekat rumah ada tiga penjual nasi kuning di pagi hari. Saking seringnya membeli, saya sampai hafal kekhasan masing-masing. Sampai kemudian stok bumbu instan tersebut habis. Mulailah saya bergerilya mencari resep nasi kuning di Cookpad, tentu dengan tambahan kata kunci "rice cooker". Masih ingat prinsip saya, 'kan? Simplicity comes first.  


Nah, di antara lautan resep nasi kuning, saya menemukan satu yang unik dan mudah. Meski begitu, saat saya coba, wow, enak dan wangi! Kelembabannya juga pas sebab saya tidak suka nasi kuning yang terlalu kering dan ambyar. Setelah dua tiga kali mengulang resep tersebut, saya merasa ada yang kurang. Saya kemudian menambahkan daun jeruk, selain daun salam dan sereh, untuk memperkuat aroma. Ternyata hasilnya lebih mantap! Berikut adalah resepnya:


Nasi Kuning

Sumber: Mama Upay (Cookpad)


Bahan: 

3 cup beras, dicuci seperti biasa

65 ml santan instan

1 sdt kunyit bubuk

2 lembar daun salam

3 lembar daun jeruk (tambahan dari saya)

1 batang sereh, digeprek

1 sdm minyak goreng

1 sdm margarin

Secukupnya garam

Secukupnya air


Cara membuat:

  1. Masukkan beras yang sudah dicuci ke dalam panci rice cooker. Tambahkan santan, lalu air dengan takaran total seperti biasa. 
  2. Masukkan daun salam, daun jeruk, sereh, kunyit bubuk, minyak goreng, margarin, dan garam.
  3. Aduk hingga tercampur rata, lalu masak hingga matang. Aduk sesekali agar warna kuningnya merata. 
  4. Setelah matang, diamkan sebentar di rice cooker agar tanak.
  5. Sajikan dengan lauk pendamping.

Super mudah, bukan? Rupanya penambahan minyak goreng dan margarin adalah koentji penting resep ini. Butiran nasinya jadi mengkilat. Shiny shimmering splendid gitu, deh.

Lauk pauk pendamping

Soal lauk pendamping, sejauh pengamatan saya sebagai penikmat nasi kuning, tidak ada kebiasaan khusus yang mengikat nasi kuning dengan lauk tertentu. Pakemnya cuma satu: bukan lauk berkuah. Ada dua macam lauk yang biasanya saya sajikan dengan nasi kuning, yaitu ayam goreng dan telur dadar rawis.


Ayam goreng

Sebenarnya memasak ayam goreng melanggar prinsip antirepot saya sebab butuh dua langkah untuk memasaknya, pertama, mengungkep ayam dengan bumbu, lalu, kedua, menggorengnya sebentar. Berhubung ini adalah momen istimewa, saya rela berdamai dan melupakan prinsip itu sejenak. 


Dari dua resep ayam goreng yang pernah saya coba, saya lebih cocok dengan resep dari  Icha Irawan (@icha.irawan) yang dibagikan di akun Instagram-nya. Selain rasanya lebih gurih, proses mengungkepnya sangatlah praktis. Kita tinggal mencampurkan bumbu halus dengan air sedikit, memasukkan ayam, menambahkan air lagi, lalu menyalakan kompor. Selanjutnya kita tinggal menunggu hingga airnya tersisa sedikit baru memasukkan telur, aduk-aduk sebentar, selesai. 

 

Ayam goreng telur ala Icha Irawan

Ayam goreng telur

Sumber: Icha Irawan (@icha.irawan)


Bahan:

1 ekor ayam broiler

1 butir telur ayam

1 sdm garam (sesuaikan)

400-450 ml air (sampai ayam setengah terendam)


Bumbu halus:

10 butir bawang merah

8 siung bawang putih

3 cm jahe

3 cm lengkuas

Secukupnya kunyit

1 sdt ketumbar

1/2 sdt lada


Cara membuat:

  1. Cuci bersih ayam, jangan buang kulitnya. Potong ayam sesuai selera.Siapkan panci/kuali. Masukkan semua bumbu halus, garam, lalu beri air secukupnya dulu, aduk. Masukkan ayam.
  2. Tambahkan air sampai ayam setengah terendam.
  3. Ungkep ayam sampai empuk dan meresap, tapi jangan sampai airnya habis.
  4. Kecilkan api, sisihkan ayam ke pinggir, lalu masukkan telur ayam di bagian air sisa ungkepan dan kocok cepat. Aduk dan balurkan telur ke seluruh permukaan ayam.
  5. Masak terus hingga mengering dan tidak berair lagi.

Catatan:

Ayam bisa langsung digoreng atau disimpan di dalam kulkas/freezer. Lama penyimpanan di kulkas atas/chiller sekitar lima hari sedangkan di freezer sampai satu bulan.


Telur dadar rawis

Nah, sambil menunggu ayam matang, kita bisa menggoreng telur dadar. Saya yakin semua bisa membuat telur dadar. Menurut saya, telur dadar--dan kawannya, telur ceplok--adalah penyelamat di kala tidak punya banyak waktu, tapi perut sudah krucuk-krucuk minta diisi.


Meski terlihat mudah, toh saya tetap mencari resepnya di Cookpad, haha .... Ternyata ada triknya supaya uap dari telur dadar yang baru diangkat dari penggorengan tidak menyebabkan embun pada piring. Caranya adalah dengan meletakkan mangkuk kecil terbalik di atas piring lalu taruh telur yang baru matang di atasnya.


Untuk membuat telur dadar rawis yang mulus, yang utama adalah penggunaan penggorengan antilengket agar telur mudah dibalik dan meminimalkan minyak (kalau bisa malah tidak pakai sama sekali). Minyak juga akan membuat telur dadar basah. Saya pernah salah memakai penggorengan sehingga sebagian telur lengket pada permukaan. Alamak, telur jadi tidak bisa dibalik, malah robek di sana-sini.


Tips berikutnya adalah pengaturan api agar tidak terlalu besar. Begitu satu sisi kering segera balik agar warnanya tetap kuning dan cantik. Jika kelewatan sehingga warnanya mencokelat, jangan patah semangat, ya. Coba lagi dengan sisa kocokan telur yang ada. Tips lengkap bisa dibaca di sini


Proses menggoreng telur dadar
(Foto dari canva.com)


Telur dadar rawis

Bahan:

Minimal 2 butir telur ayam

Secukupnya garam


Cara membuat:

  1. Masukkan telur ke dalam wadah, kocok hingga merata, lalu masukkan garam.
  2. Panaskan penggorengan antilengket. Tunggu sampai cukup panas.
  3. Masukkan sesendok sayur telur dan ratakan tipis-tipis ke seluruh permukaan penggorengan. Masak hingga kering, lalu balik. Bila kedua sisi sudah kering, segera angkat.
  4. Lakukan hingga telur habis.
  5. Gulung tumpukan telur, lalu iris tipis tipis sesuai selera. 

Selain dua lauk tersebut, biasanya saya tinggal menyajikan abon yang diimpor khusus dari Indonesia, sambal botolan, ketimun dan/atau tomat, dan kadang kerupuk udang kalau saya tidak lupa beli di supermarket, haha ....


Rupanya kebiasaan memasak nasi kuning di hari ulang tahun memberi kesan tersendiri bagi Papa Luro. Katanya, "Nanti kalau kita udah di Indonesia, masak kayak gini juga aja. Ga usah beli." Eaaa .... Mudah-mudahan saat anak-anak sudah lebih besar mereka juga menyimpan kenangan indah di hari ulang tahun mereka seindah perhatian dan cinta yang tercurah lewat sepiring nasi kuning. 


Sepiring nasi kuning penuh cinta

*****


Artikel ini dibuat dalam rangka tantangan blogging bulan Mei 2021 komunitas Mamah Gajah Ngeblog


You Might Also Like

17 Comments

  1. Wahh tampak enak teh nasi kuningnya! Pasti akan saya coba kalau suami/anak saya ulang tahun

    ReplyDelete
  2. Cooking is not my thing! Toss dulu sama teh Muti :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Toos! 🖐🏻 Kadang suka iri sama yang hobi masak, tapi da gimana atuh ya. Kalau ga butuh, ga ke dapur wkwkwk

      Delete
  3. Senangnya ketemu Muti di MGN.. ^-^
    Blognya Muti bagus banget, rapi dan fresh, seperti Muti :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Teh Dikaaa 💕. Aku pun senang bisa ketemu Teh Dika 😍

      Delete
  4. ngaku ga bisa masak, tapi bisa masak nasi kuning, luar biasa ini mah!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Modal rice cooker aja, Teeh... Kalau mesti diaron, saya udah mundur duluan hihi 😁

      Delete
  5. Ya Allah, aku terharu dengan quote "I have passion for not cooking"-nya. Aku juga begitu soalnya, masak lebih karena kewajiban aja 😌

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tos juga ah, Teh! Kayaknya ini bisa bikin tos berjamaah wkwk 😁

      Delete
  6. teteeh... ga bisa masak tapi bikin nasi kuning lengkap... apalagi aku atuh yaah... ga pernah bikin nasi kuning wkwkwkw....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sesungguhnya kalau bukan karena ga ada penjual nasi kuning di sini, saya ga akan cari resepnya, Teeh. Ini juga masaknya cuma hitungan jari dalam setahun wkwkwk... 😆

      Delete
  7. Simpen dulu resepnya ah, siapa tau kapan-kapan dapat hidaya bikin nasi kuning sendiri, hihihi...

    ReplyDelete
  8. Nyam nyam terbayang gurihnya semua komponennya yang dimasak dengan penuh cinta ini Teeh😍

    ReplyDelete
  9. Tehhhh jadi kangen mamah. Di rumah mamah juga masak nasi kuning menu wajib saat anak-anak ulang tahun atau hari besar Wisuda :D

    ReplyDelete
  10. Keren banget sih teh. Aku masih punya mindset bikin nasi kuning repot. Ternyata gampang ya. Aku pengen niru juga resep ayamnya nih

    ReplyDelete
  11. Waah ini kok aku bangeet hahahaha ... seneng bgt nemu resep nasi kuning praktis gini! Wajib coba aah di hari2 spesial 😁

    ReplyDelete