Saya pernah menulis panjang lebar (tentu berbau curcol) tentang peran sebagai koki rumahan setelah merantau ke Belanda. Di rumah, saya memiliki empat pelanggan tetap. Yang satu seringkali tidak saya hitung suaranya karena baginya sehambar apa pun hasil masakan saya—untungnya level asinnya lebih rendah daripada saya—tetap ia santap. Tiga pelanggan lain inilah penentu keberhasilan masakan saya.
Dari tiga, dua pelanggan relatif mudah menyesuaikan sehingga tersisa satu pelanggan yang sesungguhnya mendominasi suara. Meski mau mencoba yang terhidang di meja makan, tak jarang ia enggan, bahkan menolak. Karena itu, saya cenderung mengikuti permintaan dan kesukaannya. Alasannya tentu agar ia mau menghabiskan porsi makanannya. Untungnya di usia menjelang enam tahun ini, ia sudah bisa meminta dengan jelas menu yang ia inginkan, tidak jauh dari makanan berkuah. Memang kuah itu sahabat anak-anak, ya.
Ada tiga yang menjadi favoritnya akhir-akhir ini, yaitu mi rebus, sup ayam, dan cream soup. Ketiganya teramat mudah dibuat. Sepertinya ia tahu mamanya gampang lelah jika memasak resep yang rumit atau berbumbu banyak. He-he-he.
Untuk resep mi rebus, sepertinya tidak perlu saya tulis di sini karena bumbu yang saya gunakan adalah bumbu mi instan (saya tidak antivetsin, gunakan secukupnya saja), kaldu sayuran blok (yang ini tanpa vetsin), atau kalaupun meracik sendiri, komposisinya hanya bawang merah, bawang putih, dan kemiri yang dihaluskan.
Membuat sup ayam juga sama mudahnya, sampai-sampai saya malu untuk menuliskannya menjadi sebuah resep. Walaupun begitu, sup ayam tersebut selalu sukses meningkatkan selera makan tiga pelanggan kecil di rumah. Selain menyegarkan kerongkongan, kuahnya yang hangat juga membuat perut nyaman. Tak heran sup ayam seringkali menjadi pilihan makanan bagi orang yang sedang sakit.
Kurang lebih begini penampakan sup ayam ala saya. (Sumber: masakanmama.com) |
Sup ayam ala saya termasuk one-meal-pot karena sumber karbohidrat, protein, serat, dan vitamin semuanya dimasak dalam satu panci—meski begitu, kami tetap memakannya dengan nasi. Sungguh praktis dan efisien. Kita juga bisa mengganti atau menambahkan bahan lain sesuai selera. Biasanya saya menggunakan kentang dan wortel saja, kadang ditambah sosis.
Saat merebus ayam, saya selalu melebihkan airnya. Sebagian disimpan untuk membuat menu lain yang menjadi kegemaran nomor tiga, yakni cream soup. Isinya sesuai selera (dan isi kulkas) masing-masing, misalnya daging ayam, sosis, wortel, jagung, dll. Kuahnya yang kental membuatnya enak untuk dicolek dengan roti, tetapi tidak salah jika memadukannya dengan nasi. Sama-sama enak, kok.
Berikut adalah resep sup ayam favorit para krucil. Resep cream soup akan saya tulis di pos lain saja. Sebelumnya, saya merasa perlu memberikan peringatan bahwa resep ini banyak menggunakan faktor F, Feeling. Jika kamu mencoba dan belum pas, jangan menyerah dan coba lagi, ya.
Sup ayam
Bahan:
1 kg ayam bertulang, cuci bersih
3 siung bawang putih, kupas dan memarkan
2 ruas jahe, kupas dan memarkan
1 batang wortel, potong sesuai selera
3 buah kentang, kupas, potong sesuai selera
1 batang daun bawang, iris
½ buah tomat, potong menjadi empat
Secukupnya air
Secukupnya garam
Secukupnya gula
Secukupnya merica
Cara membuat:
- Rebus ayam bersama bawang putih dan jahe, beri garam. Tunggu hingga matang.
- Sisihkan sebagian kaldu untuk membuat cream soup. Buang jahe dan bawang putih.
- Didihkan kembali sisa air kaldu,, tambahkan air jika perlu. Masukkan kentang dan wortel.
- Jika sudah empuk, matikan api. Masukkan daun bawang dan tomat.
- Tambahkan garam, gula, dan merica sesuai selera.
Kurang gampang apa lagi, kan? Saking gampangnya, kamu bisa tinggal sesekali untuk membangun peradaban. Selamat mencoba, ya!